Suara
detak jantungku semakin kencang tatkala melihat ekspresi temanku membukakan
hasil SNMPTN milikku, ya aku memang tak berani untuk membukanya karena memang
pilihan yang aku pilih termasuk banyak peminatnya ditambah lagi PTN yang aku
pilih merupakan salah satu PTN favorit di Indonesia. Temanku tak berani
mengatakan apapun, kala itu ia hanya menyodorkan hpnya kepadaku seketika mataku
tertuju pada tulisan berwarna merah
bertuliskan “Anda tidak lulus SNMPTN silahkan mengikuti jalur sbmptn”.
Tiba-tiba
dadaku sesak menerima takdir ini, usahaku mati-matian dari kelas 1 hingga saat
ini telah sia-sia. Harapan, impian, cita-cita yang kuimpikan telah sirna kala
itu, dibenakku aku tidak mungkin mengikuti seleksi SBMPTN, aku sadar akan
kemampuanku tapi disisi lain motivasiku untuk tetap melanjutkan pendidikan agar
dapat memutus rantai kemiskinan juga memaksaku untuk tetap meneruskan kuliah.
Di saat otak ini tak dapat diajak berfikir
secara logis dan rasa putus asa mulai muncul, kakakku datang untuk mengajakku
bangkit dari keterpurukan dia menyarankanku untuk ikut bimbingan pasca UN yang
dibarengi pembekalan ilmu agama yakni BPUN. Di BPUN ini dari hari ke hari
perubahan sikap yang terjadi pada diriku menjadi pribadi yang lebih baik mulai
terlihat. Bimbingan yang dilakukan setiap paginya dan taklim-taklim keagamaan
setiap malamnya membuatku semakin suka dengan progam bimbingan BPUN ini.
Tambahnya pengalaman, ilmu, teman-teman baru, dan banyak hal positif lain yang
membuat semakin mengerti tujuanku dimasa depan. Hingga saat itu aku
berkeinginan untuk kuliah sambil mondok karena perasaan yang kualami di BPUN
ingin kurasakan kembali saat dibangku kuliah nantinya.
Tak
tersasa SBMPTN semakin dekat kegiatan pembelajaran pun mulai dikurangi dan lebih
menekankan kepada pendekatan diri kepada sang pencipta. Disaat pelaksanaan SBMPTN dimulai perasaan takut kembali muncul,
disetiap kali aku mengerjakan soal ucapan doa tak henti-hentinya kuucapkan. Hari
itu semua yang aku pelajari di bimbingan aku keluarkan semuanya otak kuperas
semaksimal mungkin tapi tetap saja tak semua soal dapat kukerjakan. Sesaat
setelah tes selesai aku langsung pasrah akan hasilnya nanti.
Disela-sela
menunggu pengumuman hasil tes hanya doa yang dapat aku lakukan. Hari yang ditunggu-tunggupun
tiba seperti biasa perasaan takut selalu muncul disaat seperti ini. Seperti
biasa akupun menyuruh temanku untuk melihat hasilnya, dan lagi-lagi mataku
dibuat kaget dengan adanya warna merah dilayar hpku, perasaan shock yang
kualami memuncak akupun langsung menutup wajahku dengan bantal kala itu untuk
menahan kekecewaan yang kedua kalinya. Temanku mencoba menghiburku “lihatlah
engkau lolos masuk UNAIR tulisan merah itu hanyalah informasi tentang bidik
misi”. Mendengar perkataan itu aku merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan
oleh temanku tapi setelah aku melihatnya sendiri berulang kali ternyata memang
benar aku lolos tes dan diterima sebagai mahasiswa pendidikan apoteker UNAIR.
Kabar
gembira itupun langsung aku beritahukan kepada keluargaku ucapan selamat yang
diberikan dan lemparan senyum manis yang diarahkan ibu kepadaku membuatku
termotivasi untuk memberikan yang terbaik kepada ibu dan kakakku. Persiapanpun
mulai aku lakukan mulai dari melengkapi berkas-berkas dan mencicil belajar materi-materi
yang berhubungan dengan farmasi yang aku pelajari dari bekas buku milik
kakakku.
Perkataan
yang dulu pernah aku sampaikan, ingin aku lakukan sekarang kuliah sambil
mondok, respon dari kakakku ternyata sangat cepat dia sudah mencari-cari
informasi mengenai pondok-pondok sekitar Surabaya dan pilihan jatuh pada
Pesantren Mahasiswa Baitul Hikmah. Hal yang ku inginkan untuk kuliah sambil
mondok sudah terwujud sekarang hanya tinggal apa yang dapat aku lakukan untuk
membanggakan keluarga, pondok, dan universitasku.
*M. Ninjar (Mahasiswa Pendidikan Apoteker 2017)
Komentar