Langsung ke konten utama

21 Strategi Mengajar Ala Nabi Muhammad (Resensi Buku)



Resensi Buku
Mencetak para Juara dalam 12 Bulan
21 Strategi Mengajar Ala Nabi Muhammad

Penulis                 : Khairunnas
Penerbit               : PT Elex Media Komputindo
Jumlah Halaman   : 202
Tahun                  : 2011

Adalah benar bahwa Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam itu bukan hanya seorang panglima perang yang hebat, bukan hanya seorang kepala rumah tangga ideal, tapi beliau juga seorang pengajar yang sukses. Dari madrasah didikan langsung beliau muncullah Abu Hurairah, seorang yang masuk Islam ketika berusia 40 tahun dan akhirnya menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi. Dari pengajaran beliau dikenallah Ali bin Abi Thalib, seorang yang mendapat julukan “gerbangnya ilmu”. Kita juga mengenal Ibnu Mas’ud yang ahli dalam bidang tafsir al-Quran itu. Sehingga selayaknyalah kita mencoba untuk mengetahui bagaimana metode pengajaran yang diterapkan oleh Rosulullah dan mencoba untuk menerapkannya dalam kehidupan kita di masa kini.

Khairunnas dalam bukunya yang berjudul Mencetak para Juara dalam 12 Bulan: 21 Strategi Mengajar Ala Nabi Muhammad ini mencoba untuk menelusuri bagaimana Nabi Muhammad mengajar para sahabat sehingga bangsa Arab yang pada waktu itu dikenal dengan bangsa yang “buta” baca tulis itu berubah menjadi salah satu pusat peradaban dunia yang sangat berpengaruh.

Secara umum buku ini terbagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama berisi pendahuluan yang mencakup konsep dasar pendidikan dalam Islam, Rosululloh sebagai profil seorang guru paripurna serta sekolah pada masa rosululloh. Bagian kedua menjelaskan secara terperinci 21 strategi dan metode yang pernah diterapkan oleh Rosululloh ketika memberi pengajaran kepada para sahabat.

Di bagian pertama, selain menjelaskan tentang betapa pentingnya peran seorang guru dalam proses pendidikan karena guru lah yang secara langsung dan intensif bertatap muka dengan murid sebagai aktor utama dalam dalam pendidikan, Khairunnas juga menggarisbawahi bahwa tujuan akhir pendidikan dalam konsep Islam adalah untuk membentuk pribadi manusia yang mengabdi kepada Alloh ta’ala. Ia juga menyatakan bahwa keluarga dan negara sama-sama mempunyai peran yang besar dalam proses pendidikan. Tidak lupa ia pun memberikan bukti betapa Rosululloh sangat memperhatikan aspek pendidikan. Contohnya ketika Rosululloh menjadikan “mengajar baca-tulis” sebagai tebusan bagi tawanan perang badr. Khairunnas juga menjelaskan bahwa guru adalah penerus para nabi karena para nabi dahulu juga punya misi “yu’allimuhumul kitaba wal hikmah”. Guru adalah penerus nabi karena nabi juga seorang pengajar bagi umatnya. Oleh karena itu seorang guru hendaknya menjadi teladan bagi muridnya dalam berbagai aspek kehidupan, bukan hanya di dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Khairunnas menyatakan bahwa Rosulullah adalah profil guru teragung yang pernah dikenal di muka bumi ini dengan kriteria antara lain; ikhlash dalam mengajar, berprilaku jujur, walk the talk, adil, tawadlu, berani, memiliki jiwa humor, mampu mengontrol emosi, mampu menjaga lisan, dan bermusyawarah. Lebih jauh penulis menyampaikan bahwa pada zaman Nabi, majlis-majlis pembelajaran dapat ditemui di rumah (bait al arqom), masjid, shuffah, dan juga kuttab. Hal ini patut kita teladani terutama dalam hal menjadikan rumah sebagai tempat pembelajaran yang nyaman dan efektif bagi ayah, ibu, dan anak-anak karena bagaimanapun rumah memang merupakan madrasah yang pertama bagi anggota keluarga.

Di bagian kedua Khairunnas merumuskan 21 strategi mengajar yang pernah diterapkan oleh Rosululloh berdasarkan hadits-hadits yang bisa kita kaji sampai hari ini. Ke 21 strategi tersebut adalah
1.       mendorong murid menjadi pembelajar. Rosululloh menekankan bahwa menuntut ilmu itu adalah ibadah dan harus dilakukan sepanjang hayat.
2.       menciptakan suasana belajar yang nyaman. Sebelum memberikan pelajaran seringkali Nabi meminta para sahabat untuk tenang dan fokus dengan menarik perhatian mereka. Nabi juga memotivasi para sahabat agar memperhatikan apa yang beliau ajarkan.
3.       menciptakan pembelajaran yang aktif interaktif.
4.       metode belajar praktik. Para sahabat tidak begitu kesulitan untuk melaksanakan apa yang Rosululloh ajarkan karena sebelum mengajarkan, Roasululloh sudah mempraktikkannya dulu.
5.       mengajar sesuai kemampuan siswa. Dalam beberapa kesempatan, Rosululloh memberikan jawaban yang berbeda-beda untuk pertanyaan yang sama karena penanyanya yang berbeda.
6.       metode diskusi.
7.       mengajar dengan cerita. Seringkali Nabi bercerita akan keadaan suatu kaum atau seseorang.
8.       mengajar dengan perumpamaan. Misalnya ketika menjelaskan derajat dunia di hadapan Alloh ta’ala, Nabi mengumpamakan bahwa dunia lebih hina dari pada bangkai kambing yang jelek; kecil dan cacat.
9.       mengajar dengan menggunakan bahasa tubuh.
10.   mengajar dengan menggunakan gambar dan multi media. Contoh: Rosuslulloh pernah menggambar bujur sangkar dan menarik garis lurus dari dalam persegi tersebut hingga keluar. Kemudian membuat garis-garis kecil di sekitar garis lurus itu.
11.   memberikan penjelasan yang rasional dan argumentatif. Misalnya. Kenapa ketika ada alat yang masuk ke dalam minuman Nabi malah mengajurkan untuk menenggelamkannya kemudian baru membuangnya? Kenapa tidak langsung dibuang? Karena di salah satu sayap lalat itu ada penyakit dan di sayap yang lain ada obat.
12.   memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan self-reflection.
13.   menghafal dengan cara menyenangkan.
14.   mengajar secara pointer.
15.   metode tanya jawab.
16.   memberikan pertanyaan.
17.   memberikan pertanyaan yang menantang kepada murid.
18.   memberikan reward kepada murid.
19.   pertukaran pelajar.
20.   surat sebagai media pembelajaran. Nabi pernah berkirim surat yang isinya adalah ajakan untuk memeluk agama Islam kepada para raja yang berkuasa di zaman itu.
21.   mengajar dengan aktiva dimensi ketiga.

Satu hal yang menurut saya perlu diperbaiki dalam buku ini adalah pemilihan diksi judul utama buku “mencetak para juara dalam 12 bulan”. Penulis sama sekali tidak menjelaskan judul ini sama sekali; kenapa judul yang dipilih seperti itu, apa makna dan maksud judul itu, kenapa harus ada kata 12 bulan, dan lain-lain. Menurut saya justru lebih baik jika sub judul yang berbunyi “21 strategi mengajar ala nabi Muhammad” dijadikan sebagai judul utama karena esensi dari buku ini adalah penjelasan tentang hal tersebut.
Selain itu ada beberapa poin yang menurut penulis hal itu disebut sebagai strategi mengajar yang dipraktekkan Nabi tapi sebenarnya penulis –kelihatan- terlalu memaksakan konsep yang dia rumuskan. Contoh: poin ke 13; menghafal dengan cara menyenangkan. Tetapi kenyataannya penulis malah memaparkan teknik menghafal yang biasa kita kenal dengan Super Memori seperti teknik lokasi dan plesetan kata. Sementara itu penulis memaparkan hadit nabi yang menunjukkan bahwa nabi mengulang pernyataan beliau sebanyak tiga kali agar bisa dihafal oleh para sahabat. Ini jelas terlalu memaksakan konsep. Lebih jauh, penulis mengambil resiko dengan menyampaikan hadits yang oleh kebanyakan ulama disebut sebagai hadits dlo’if untuk mengklaim bahwa hal tersebut merupakan strategi pengajaran yang diterapkan Nabi Muhammad. Misalnya hadits “tuntutlah Ilmu sampai ke negeri China”. Imam Adz Dzahabi menyebutkan bahwa para ulama telah ijma’  (aklamasi) atas kedhaifan hadits ini.

Terlepas dari berbagai kekurangan tersebut, buku ini perlu diapresiasi karena telah berusaha untuk menyampaikan kepada kita umat islam dan manusia pada umumnya tentang strategi pengajaran yang pernah diterapkan oleh seorang manusia yang oleh Michael H. Hart disebut sebagai manusia yang paling berpengaruh di muka bumi. Buku ini layak dibaca oleh para guru dan orang tua yang ingin mendidik murid dan anak mereka dengan cara seperti apa yang pernah dicontohkan oleh Rosululloh. Kita tentu tidak bisa menyangkal lagi bahwa Rosululloh adalah pendidik dan pengajar tersukses yang pernah di kenal di dalam sejarah umat manusia. Pengaruh pengajaran beliau tidak hanya membekas kuat di dalam diri para sahabat; murid langsung beliau, tetapi juga para generasi pasca sahabat seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Malik , Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, Imam Ahmad, kemudian generasi selanjutnya seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Ibnu Khaldun, Imam al-Ghozali, Ar-Rozi, dan lain-lain. (tj)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Dakwah Islam Tingkat Dasar (PMKDI TD) 2019

  “Karena Pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan” PESMA Baitul Hikmah Present: PMKDI (Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Dakwah Islam) Tingkat Dasar MATERI : Pada PMKDI Tingkat Dasar ini insyaallah peserta akan dilatih untuk memiliki jiwa kepemimpinan, menjadi pegiat dakwah Islam yang visioner, mengerti dasar-dasar organisasi, mampu mengelola diri & waktu, serta trampil dalam mengidentifikasi masalah & memberi solusi alternatif. PEMATERI : 📌 Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si (Wakil Dekan FISIP Univ. Brawijaya Malang) 📌 Dr. Raditya Sukmana S.E., M.A. (Ketua Departemen Ekonomi Syariah FEB UNAIR) 📌 Ust. Abdul Hakim, Apt. M.Si. (Dosen UIN Maliki Malang, Ketua UKKI 1997-1998) 📌 Ust. Jabir Abdillah, S.Si. (Direktur Lazis Al-Haromain, Ketua UKKI 1991-1992) 📌 Usth. Masitha, A.S., M.Hum. (Dosen Linguistik FIB UNAIR, Ketua DPP Anshoriyah Persyadha Al-Haromain) 📌 Ust. Nanang Qosim, S.E., MPI. (Koordinator Dewan Syariah Nas...

KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran)

Penulis Review           : Moh. Saad Baruqi Pengarang                   : H. Imam Mu’alimin Tahun terbit                 : Agustus 2011 Judul buku                  : KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran) Kota penerbit              : Ploso Mojo Kediri Penerbit                       : Pondok Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri Tebal buku                  : 161 Halaman            ...

Review Buku Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling

Judul Buku       :Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling Penulis :Erbe Sentanu Penerbit            :Elex Media Komputindo, Jakarta Cetakan           :I, 2007 TEBAL            :xxxvii + 236                                     Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling             Halaman Kebahagiaan adalah subjek primordial. Itulah sebagian yang akan diulas dalam buku Quantum Ikhlas, bagaimana mencari kebahagiaan secara praktis, seperti yang tertuang dalam kebijaksanaan nenek moyang, tuntunan agama, maupun penjelasan  ilmiah. Kebahagiaan itu merupakan sifat dasa...