Ada yang mengatakan bahwa orang yang sudah tua lebih banyak amal kebaikannya dibanding dengan orang yang masih muda. Statemen ini ada benarnya karena memang secara matematis logis, dengan asumsi bahwa baik yang tua maupun yang muda sama-sama beramal kebaikan, sudah tentu orang yang tua lah yang memiliki amal kebaikan yang lebih banyak. contohnya, si Madun berusia 20 tahun, sedangkan pak Sholeh sudah berusia 60 tahun. Keduanya melaksanakan sholat, membaca al-Quran, berzakat, bersedekah, berinfak, dan berbuat baik kepada tetangga sejak usia 10 tahun. Siapa amalnya yang lebih banyak..?? Benar. Tentu pak Sholeh amalnya lebih banyak karena ia lebih lama beramal dibandingkan si Madun.
Ditambah lagi, secara nyata kita bisa tengok ke musholla dan masjid di sekitar kita. Banyak mana, yang muda atau yang tua..?? Kita juga bisa lihat, siapa yang biasanya lebih sering dan lebih banyak sedekahnya ketika bulan Romadhon, siapa kebanyakan yang menyumbang untuk pembangunan pesantren..?? Siapa yang sering kelihatan di majlis ta'lim dan pengajian di kampung-kampung..?? Benar. Kebanyakan orang yang sudah tua. Merekalah yang lebih banyak beramal.
Memang, amal kebaikan itu bukan hanya dilihat dari sisi sedikit atau banyak, tetapi yang lebih penting berkualitas atau tidak. Mana yang lebih benar sesuai sunnah. Mana yang lebih ikhlash. Namun dalam hal-hal tersebut, terutama yang terakhir, sulit bagi kita untuk menilai. Jadi bisa saja diasumsikan fifhty-fifhty. Maksudnya baik muda maupun tua sama-sama berpotensi beramal dengan ikhlash atau tidak, sama-sama berpotensi beramal dengan kualitas rendah, sedang, atau tinggi. Jadi dengan asumsi ini, mereka yang lebih tua tetap "menang".
Lalu bagaimana agar, dalam beramal, yang muda tidak kalah dari yang tua..??
Hmmmm.... gimana ya..?
Gak usah bingung and mumet...
Wahai kawan-kawan muda, menyadari kenyataan bahwa orang yang sudah tua memiliki amal kebaikan yang lebih banyak dari pada kita anak muda (saya masih muda lho...) memang perlu sehingga selayaknyalah kita menghormati mereka dan mengharap doa mereka. Namun ada hal yang lebih penting bagi kita anak muda. Yaitu bagaimana kita memaksimalkan masa muda kita untuk akselerasi amal agar kualitas kita sebagai 'abid (hamba Alloh) dan khalifah fil-ardh meningkat. Bagaimana kita berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi lebih dekat kepada Alloh ta'ala dengan meningkatkan kualitas & kuantitas sholat, dzikr, tawakkal dan ikhlash kita sekaligus menjadi lebih bermanfaat bagi sesama manusia dengan meningkatkan kualitas & kuantitas sedekah & infaq kita, silaturrahim, damai, senyum, dan perbuatan maslahat lainnya.
Masih ingatkan sabda Nabi Muhammad tercinta tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan (rahmat) dari Alloh ta'ala kelak di hari kiamat..? Yupz.. Anda benar.
mereka adalah (1) pemimpin yang adil, (2) pemuda yang menyibukkan diri dengan beribadah kpd Rabbnya, (3) seseorang yang hatinya tertaut dengan masjid, (4) dua orang yang saling mencintai karena Alloh ta'ala, bertemu dan berpisah karena Alloh ta'ala, (5) laki-laki yang diajak berzina oleh wanita cantik lagi kaya namun ia menolaknya seraya berakata "aku takut kepada Alloh ta'ala", (6) seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang disedekahkah oleh tangan kanannya, (7) seseorang yang berdzikir kepada Alloh ta'ala di kala sunyi hingga kedua matanya basah oleh air mata. (Shohih Bukhori Hadits no. 620)
Lihatlah, untuk poin 1, 3, 4, 5, 6 dan 7, hal tersebut bisa dilakukan dan diraih oleh orang yang masih muda dan orang yang sudah tua, tapi untuk poin 2, khusus hanya bisa diraih oleh mereka anak muda. Lebih tepatnya anak muda yang menyibukkan diri dengan beribadah kepada Robb-nya, baik ibadah mahdloh (ibadah ritual, hubungan vertikal) seperti sholat, puasa dan dzikr, maupun ibadah ghoiru mahdloh (ibadah sosial, hubungan horisontal) seperti memberi maaf kepada teman yang berbuat salah, bersedekah kepada tetangga, berinfaq untuk masjid, berwaqaf untuk pesantren, menyantuni dan memberdayakan faqir miskin.
Wahai kawan muda yang dicintai Alloh ta'ala. Kita umat Islam memiliki banyak sekali tokoh-tokoh yang mempunyai andil dan prestasi besar di kala muda. Abdulloh bin Abbas contohnya. Sejak kecil beliau gemar sekali menuntut ilmu terutama kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, beliaulah yang pernah didoakan oleh sang Nabi dengan doa, "Ya Alloh berikanlah dia keahlian dalam agamaMu dan ajarkanlah dia tafsir kitabMua". Ketika Nabi Muhammad wafat, beliau masih berusia 13 tahun. Namun begitu, ketinggian ilmunya, kedalaman pemahamannya akan agama Islam, jauh melampaui usianya. Hingga Amirul Mu'minin Umar bin Khottob pun menjuki beliau, "pemuda tua". Karena itulah seringkali para sahabat senior mengundang Abdulloh bin Abbas untuk diajak musyawarah dan dimintai pendapatnya.
Adalagi Usamah bin Zaid, putra Zaid bin Haritsah yang merupakan anak angkat Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam. "Sahabat kecil" ini pernah menangis ketika dalam perang Uhud ia tidak diizinkan oleh Nabi Muhammad untuk ikut perang karena usianya masih sangat muda. Namun ketika perang Khaddak beliau diperbolehkan oleh Nabi untuk ikut perang setelah merengek-rengek agar diikutkan. Usianya waktu itu lima belas tahun, seusia dengan anak kelas 1 SMA saat ini. Dan puncaknya ketika belum genap berusia dua puluh tahun, beliau dipercaya untuk memimpin pasukan Islam ketika berperang melawan tentara Rum. Usamah bin Zaid dan pasukan Islam sukses mengalahkan tentara Rum. Orang Islam pada waktu itu pun berujar, "belum pernah terjadi, suatu pasukan bertempur kembali dari medan pertempuran dengan selamat dan utuh serta berhasil membawa ghonimah sebanyak yang dibawa pasukan Usamah bin Zaid". Sejak saat itu, ketika bertemu dengan beliau, Umar bin Khottob menyapa dengan ucapan, "marhaban bi amiriy", (selamat datang wahai panglimaku).
Wahai kawan pemuda muslim kebanggaan Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam, mumpung masih muda, masih memiliki kekuatan akal, ayo semangat belajar..! mumpung masih muda, badan masih kuat, ayo semangat beramal, semangat beribadah..!! ayo semangat mengukir prestasi..!
Kalau kita tidak diberi umur panjang, karena banyak juga manusia yang mati muda, semoga kita tidak menyesal. Semoga kita bisa mati di usia muda dengan tersenyum karena kita telah menghabiskan masa muda kita untuk beribadah kepada Alloh ta'ala; menghabiskan usia untuk melaksanakan ta'at kepada Alloh, senantiasa menjahui ma'shiat, melanggengkan dan menegakkan sholat, menebar manfaat kepada sesama manusia serta berbuat maslahat kepada alam semesta.
Kalau kita diberi panjang umur, semoga Alloh ta'ala senantiasa menjaga kita di masa tua.
Di dalam kitab Taqrib yang juga dikenal dengan Matn Abi Syuja' diceritakan mengenai penulis matan yaitu Al Qodhi Abu Syuja’ (Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Asy Syafi’i rahimahullah ta’ala). Beliau meruapakan seorang 'alim yang dikaruniai panjang umur oleh Alloh ta'ala. Usia beliau ketika meninggal dunia adalah 160 tahun (433-596 Hijriyah). Beliau terkenal sangat dermawan dan zuhud. Beliau sudah diberi jabatan sebagai qodhi pada usia belia yaitu 14 tahun. Keadaan beliau di usia senja (di atas 100 tahun), masih dalam keadaan sehat wal afiat. Begitu pula ketika usia senja semacam itu, beliau masih diberikan kecerdasan. Tahukah Anda apa rahasianya? Beliau tidak punya tips khusus untuk rutin olahraga atau yang lainnya. Beliau berujar, “Aku selalu menjaga anggota badanku ini dari bermaksiat pada Allah di waktu mudaku, maka Allah pun menjaga anggota badanku ini di waktu tuaku.”
Ayo..!! Jadi pemuda yang bersemangat dalam beribadah..!! Dekat kepada Alloh ta'ala, menebar manfaat kepada sesama manusia. ^_^
(tj)
Komentar