Ibadah
sholat malam merupakan ibadah sholat yang paling utama dan tingkatannya berada
di bawah sholat wajib. Sabda Rasulullah, “Puasa yang paling utama setelah
puasa Ramadhan adalah (puasa pada) bulan
Haram, dan sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam.”
(H.R. Imam Muslim dari Abu Hurairah). Karena kemuliaan sholat malam tersebut,
Allah membalasnya secara khusus, yakni berupa balasan yang sangat indah dan tak
seorang pun tahu seperti apa balasan atau pahala tersebut.
(تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ
يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
*
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ)
“Lambung mereka jauh dari tempat tidur mereka, sedang mereka
berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan
sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka. Tak seorangpun mengetahui
berbagai nikmat (yang disembunyikan untuk mereka), yang indah dipandang mata, sebagai balasan bagi mereka atas apa yang mereka kerjakan.”
(Q.S. As
Sajdah [32]: 16-17)
Di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa maksud ‘lambung mereka jauh
dari tempat tidur mereka’ adalah ‘mereka sholat malam’. Sungguh ungkapan
tersebut merupakan metafor yang sangat indah bagi para pelaku sholat malam. Terkait
dengan ayat tersebut, Ibnu Qoyyim al-Jauziyah berkata, “Perhatikanlah bagaimana
Allah Ta’ala membalas sholat malam yang telah mereka lakukan dengan sembunyi
dengan pahala yang Allah sembunyikan dari mereka dan dari siapapun.
Perhatikanlah bagaimana Allah Ta’ala membalas kebimbangan mereka di tempat
tidur saat mereka akan melakukan sholat malam, dengan berbagai macam kenikmatan
yang menyedapkan mata di surga.”
“Kerjakanlah sholat malam pada saat manusia tertidur.”
(H.R. Ibnu Hibban & Abu Nu’aim)
Mengerjakan
sholat malam saat manusia yang lain lelap tertidur menunjukkan upaya ibadah
yang sangat mulia karena sangat berat untuk dilakukan (yang lain menikmati
tidur mereka) dan karena terbebas dari pandangan orang lain (menjadi ibadah
tersembunyi). Itupun kemudian mereka juga merupakan orang-orang yang dermawan,
gemar menafkahkan sebagian rizki yang telah Allah berikan kepada mereka. Mereka
menyontoh kedemawanan Allah kepada hambaNya.
Pada
dasarnya, pada ibadah sholat malam, seseorang telah menggantikan kenikmatan
tidur dengan amal ibadah munajah kepada Allah dan pada amal kedua, dia telah
memberikan atau membagikan kenikmatan rizki Allah kepada orang lain. Penyebutan
kedua amal ibadah tersebut sebagai ciri orang yang beriman dalam satu ayat menunjukkan
ibadah yang utama dan seimbang karena pada ibadah pertama tampak upaya menguatkan
hubungan vertikal antara seorang hamba dengan Allah dan pada ibadah kedua
tampak upaya membangun hubungan horizontal antara hamba tersebut dengan hamba
Allah yang lain.
Rasulullah
bersabda, “Keutamaan sholat malam atas sholat siang adalah seperti keutamaan
sedekah (yang dilakukan secara) sembunyi-sembunyi atas sedekah (yang dilakukan
secara) terang-terangan.” (HR. Imam Thabrani dari Ibnu Mas’ud r.a.)
Lantaran
itu, Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bersyukur membalas kedua amal tersebut dengan
kenikmatan surga yang digambarkan sebagai kenikmatan yang sangat indah, yakni
kenikmatan yang menyenangkan mata. Gambaran kenikmatan surga sudah dinyatakan
secara terang-terangan oleh Allah yakni kenikmatan yang menyedapkan mata,
lantas seperti apa kenikmatan yang masih disembunyikan Allah di dalam
kenikmatan surga tersebut?
Sungguh Rasulullah
ﷺ adalah
teladan yang luar biasa dalam ibadah sholat malam. Beliau:
- Tidak pernah meninggalkan sholat malam baik dalam kondisi sehat maupun
sakit; andai beliau kurang sehat atau kelelahan, beliau tetap melakukannya
dengan duduk.
- Ketika terlambat sholat malam, beliau mengqadhanya pada siang harinya.
- Menekankan selalu tentang arti penting sholat malam kepada keluarga
beliau, yakni dengan mendatangi dan membangunkan putri beliau (Fatimah az
Zahra) dan menantu beliau (Ali bin Abi Thalib) di rumah mereka untuk sholat
malam.
Menurut
Prof. DR. As-Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani dalam kitabnya yang
berjudul Khoshoisul Ummah Muhammad, di antara keistimewaan umat Nabi
Muhammad SAW adalah bahwa Allah SWT akan memberikan pahala kepada orang yang
tidur dalam keadaan suci dengan niat ingin bangun malam. Bahkan sekiranya dia
tidak terbangun sehingga tidak sholat malam, ia tetap mendapat pahala bangun
malam sebagaimana disebutkan di dalam sabda Rasulullah SAW, “Tidak ada
seorang hamba pun yang berbicara kepada dirinya sendiri (berniat) untuk bangun
pada sebagian waktu dari malam (tetapi) kemudian ia tertidur, kecuali tidurnya
itu adalah sedekah yang diberikan Allah kepadanya dan Allah akan mencatat
baginya pahala atas apa yang ia niatkan.” (HR. Ibnu Hibban).
Semoga kita
menjadi orang yang cerdas sehingga tidak pernah meremehkan ibadah sholat malam.
Semoga Allah
selalu memberikan kekuatan kepada kita sehingga kita bisa melakukan ibadah
sholat malam dengan istiqomah agar dapat menjemput balasan yang indah yang
disembunyikan oleh Allah.
Aamiin.
Wallahu
a’lam bish-shawab.
Masitha Ahmad Syukri, M.Hum.
Dosen
Linguistik Dept. Sastra Inggris Fak. Ilmu Budaya UNAIR
Ketua DPP
Anshoriyyah Yayasan Persyada Al Haromain
Komentar