Pereview :
Ashil Falih Kes Foh Al Ghozali
Judul Buku :
Habibie& Ainun
Penulis :
Bacharuddin Jusuf Habibie
Penerbit :
PT THC Mandiri
Tahun Terbit :
November, 2010
HABIBIE & AINUN
Novel ini diluncurkan pada tanggal
30 November 2010 di Jakarta. Menceritakan berbagai kisah cinta menarik antara
Pak Habibie dan Ibu Ainun. Mulai dari perjumpaan keduanya yang menjadi awal
segalanya, keseharian dalam mengarungi bahtera rumah tangga hingga kejadian
memilukan tatkala sang takdir Ilahi memisahkan keduanya. Selain itu para
pembaca juga akan menemukan beberapa untaian doa dan puisi cinta yang pernah
ditulis keduanya. Tak berlebihan jika Habibie mengatakan saat dirinya menulis
buku ini tiap halamannya penuh dengan tetesan air mata. Menurutnya kehadiran
Ainun yang telah mendampinginya selama ini, telah menjadi api yang selalu
membakar energi semangat dan jiwanya dalam menjalani hidup. Sekaligus laksana
air yang selalu menyiram dan meredakan gejolak jiwanya hingga kembali tenang.
Menyajikan sebuah alur cerita unik dan menawan sehingga begitu lekat dimata
para pembacanya. Membaca buku ini membuka jendela pemahaman akan cinta suci
sepasang insan manusia. Cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi atas
ijin Allah SWT.
Dimulai dengan bertemunya kembali
Habibie dengan Ainun di kediaman keluarga Besari (Keluarga Ainun) setelah
hampir 7 tahun tidak bertemu. Pertemuan malam Idul Fitri itu menyisakan
kenangan rindu bagi Habibie muda akan pandangan mata menyejukkan yang diberikan
oleh Ainun muda kala itu. Proses pertunangan dan pernikahan yang cukup cepat,
namun dilakukan dengan kepastian jiwa dan kekuatan cinta yang murni, suci,
sejati, sempurna dan abadi serta keyainan bahwa Allah SWT selalu akan menemani,
memungkinkan keduanya yakin untuk bersama-sama mengarungi bahtera rumah tangga
di rantau (Jerman) mengingat masa cuti Habibie yang hanya 3 bulan akan segera
habis.Setibanya mereka di Jerman berbekal 2 koper berdua, disanalah perjuangan
mereka dimulai. Sebuah kisah inspiratif yang patut dijadikan contoh sebuah
keluarga sakinah mawaddah warahmah, insya Allah.
Betapa Ibu Ainun sangat mendukung
pekerjaan dan tugas Bapak Habibie dengan tanpa mengeluh selalu mencoba
melakukan tugas dan kegiatannya dengan sebaiknya tanpa mengganggu konsentrasi
perhatian dan pekerjaan Habibie. Memberikan masukan intelektual dan
pertimbangan juga saran yang saling mendukung satu sama lain. Selalu menjaga
dan mengontrol kesehatan Habibie dengan menyediakan makanan sehat juga senyum menawan
yang selalu dirindukan Habibie.Sebaliknya Habibie juga selalu melibatkan Ainun
dalam setiap kegiatannya, menceritakan dan meminta pertimbangan istrinya untuk
setiap keputusan yang akan diambil. Benar-benar perpaduan yang harmonis indah
romantis atas dasar cinta.
Dibagian tengah cerita, sebuah
kesadaran pun ingin ditularkan oleh penulis kepada seluruh pembacanya (bahkan
mungkin penonton filmnya). Bahwasanya semangat nasionalisme haruslah selalu
dipupuk dan dikembangkan dalam setiap jiwa insan bangsa Indonesia. Sebagai
contoh, penulis yang saat itu adalah CEO sebuah perusahaan penerbangan terkenal
terkemuka di Jerman, rela meninggalkan semuanya dan bersama keluarga kembali ke
Indonesia tercinta untuk tujuan mulia mengabdi dan mengembangkan negara tercinta
dengan ilmu yang didapatkan dengan daya upaya sendiri.Nampak pula peran
maksimal seorang istri bagi Habibie dalam semua aktivitas barunya. Seorang
tokoh teknologi yang menjadi tokoh politik, presiden ketiga Republik Indonesia.
Oleh sebab itu, sangatlah pantas jika dalam pidatonya dalam tiap kesempatan
(penghargaan teknologi, penganugerahan gelar, dsb) sering Habibie menyampaikan
bahwa di balik sukses seorang tokoh, tersembunyi peran dua perempuan yang amat
menentukan, yaitu ibu dan istri.
Di akhir cerita, tergambar dengan
jelas keterkaitan Habibie Ainun satu sama lainnya. Keduanya saling menjaga
mendoakan yang terbaik bagi masing-masing. Ada kejadian yang menurut saya
sangat menyentuh yaitu ketika Ibu Ainun di ICCU, Pak Habibie yang telah menjadi
kebiasaan pukul 10 pagi selalu tiba di ICCU pada hari itu harus terlambat
datang karena dilarang masuk sebab tim dokter sedang melalukan operasi
mendadak. Ketika Habibie akhirnya masuk 2 jam kemudian, didapatinya Ainun
sedang menangis. Kenapa? Karena khawatir terjadi sesuatu dengan Habibie sebab
dia terlambat datang. Sungguh indah bukan. Kedua sangat memperhatikan kondisi
masing-masing, meskipun dalam keadaan sehat atau sakit. Akhinya Ainun (72)
menghembuskan nafas terakhirnya karena komplikasi penyakit pada 22 Mei 2010.
Habibie menghitung masa hidup bersama Ainun, sejak menikah pada 12 Mei 1962,
selama 48 tahun 10 hari.
Terakhir akan saya cantumkan doa Habibie untuk Ainun yang telah berpindah ke alam dan dimensi baru.
Terima kasih Allah, ENGKAU telah lahirkan Saya untuk Ainun dan Ainun untuk Saya
Terima kasih Allah, Engkau sudah mempertemukan Saya dengan Ainun dan Ainun dengan Saya
Terima kasih Allah, hari Rabu tanggal 7 Maret 1962, ENGKAU titipi kami bibit Cinta yang Murni, Suci, Sejati, Sempurna, dan Abadi melekat pada diri Ainun dan saya
Terima kasih Allah, ENGKAU telah memungkinkan kami menyiram bibit cinta kami ini dengan kasih saying nilai Iman, Takwa, dan budaya kami tiap saat sepanjang masa
Terima kasih Allah, ENGKAU telah menikahkan Ainun dan Saya sebagai Suami Isteri tak terpisahkan di mana pun kami berada sepanjang masa
Terima kasih Allah, ENGKAU telah perkenankan Ainun dan Saya bernaung dan berlindung di bawah bibit cinta titipanMU ini di mana pun kami berada, sepanjang masa sampai Akhirat
Terima kasih Allah, ENGKAU telah memungkinkan kami dapat menyaksikan, merasakan, menikmati, dan mengalami TitipanMU menjadi Cinta yang Paling Murni, Paling Suci, paling Sejati, Paling Sempurna, dan Paling Abadi di seluruh Alam Semesta dan sifat ini hanya dapat dimiliki oleh ENGKAU Allah
Terima kasih Allah, ENGKAU telah menjadikan Ainun dan Saya Manunggal Jiwa, Roh, Batin, dan Nurani kami melekat pada Diri Kami sepanjang masa di mana pun Kami berada
Terima kasih Allah, ENGKAU telah memungkinkan terjadi sebelum Ainun dan Saya tanggal 22 Mei 2010 pukul 17.30 untuk sementara dipisahkan. Ainun berada dalam Alam Baru dan saya untuk sementara masih di Alam Dunia
Terima kasih Allah, perpisahan kami berlangsung damai, tenang, dan khidmat dengan keyakinan bahwa KebijaksanaanMU adalah terbaik untuk Ainun dan Saya
Berilah Ainun dan Saya petunjuk mengambil jalan yang benar, Kekuatan untuk mengatasi apa yang sedang dan akan Kami hadapi di manapun Kami berada
Lindungilah Ainun dan Saya dari segala Gangguan, Ancaman, dan Godaan yang dapat mencemari Cinta, Murni, Suci, Sejati, Sempurna, dan Abadi kami, sepanjang masa.” Amien.
– B. J. Habibie –
Komentar