Langsung ke konten utama

Membangun Peradaban Melalui Pendidikan

Review buku “Menyemai Kreator Peradaban” karya M. NUH
Oleh : Arikha Faizal Ridho

Bismillahirrahmanirrahim.
            Firman Allah dalam kitab suci Al-qur’an sudah pernah menyindir “...tidaklah sama kdudukan antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu”. Ilmu akan senantiasa menjadi cahaya bagi para pemilik nya, baik cahaya di dunia maupun cahaya di akhirat. Orang yang hidup di dunia ini tanpa bekal ilmu dia bagaikan orang yang berjalan di dalam kegelapan tanpa mempunyai cahaya digenggamannya. Dengan keadaan demikian pastilah dia akan tersesat kepada arah yang tidak pasti dan tidak akan sampai pada tujuan perjalanannya. Begitupan manusia, jika dalam hidupnya manusia tidak membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dia akan terombang ambing dengan tujuan yang tidak jelas dan adanya dia menjadi tidak berarti bagi lingkungannya , dalam bahasa jawa bisa diistilahkan “poko’e urip”.Bahkan lebih ekstrim lagi ada ulama yang mengatakan orang yang berjalan di muka bumi tanpa ilmu sebenarnya orang tersebut telah mati sebelum ajalnya datang.

            Keadaan yang demikian juga berlaku bagi sebuah bangsa, maju mundurnya sebuah peradaban bangsa juga ditentukan oleh penguasaan ilmu pengetahuan. Sejarah telah membuktikan runtuhnya peradaban islam di eropa 1099 M  pada perang salib adalah karena ketika itu islam belum mempunyai budaya keilmuan yang bagus, sehingga dengan mudah pasukan kristen meruntuhkan peradaban islam, namun titik balik terjadi sekitar 80 tahun kemudian dengan mulai adanya perbaikan keilmuan yang dipelopori oleh Al ghazali hingga memunculka tokoh fenomenal bernama Shalhudin Al ayubi yang berhasil meruntuhkan kedigdayaan kerajaan Romawi. Salah satu kunci suksesnya adalah perbaikan keilmuan islam pada waktu itu.
            Dalam dunia kekinian, penguasaan keilmuan juga menjadi kunci sukses kemajuan sebuah negara. Banyak negara maju di dunia yang di dalamnya tidak di anugerahi sumberdaya alam yang melimpah, tetapi karena mempunyai budaya keilmuan yang baik negara tersebut mampu tampil menjadi pemenang dalam persaingan global. Sebaliknya negara yang dianugerahi sumber daya alam yang melimpah tetapi keilmuannya tidak maju, negara tersebut juga akan menemui kegagalan dalam memanfaatkan potensi sumber daya yang ada, malahan SDA tersebut akan dimanfaatkan dan dieksploitasi negara lain.
            Fakta-fakta diatas menunjukkan peranan signifikan dari ilmu pengetahuan dalam membagun sebuah peradaban. Maka sungguh tepat ketika Muhammad Nuh dalam salah satu bagian bukunya megutip syair klasik dari kitab Ta’limul Muta’alim ,yang artinya :
“Belajarlah, karena ilmu itu hiasan bagi pemiliknya
Ilmu adalah tanda keutamaan dan tanda orang yang terpuji
Jadikan dirimu bermanfaat, setiap hari bertambah ilmu
Arungilah Samudera faedah”

            Saking pentingnya kedudukan ilmu dalam kehidupan, Rasulullah SAW sampai berpesan kepada umatnya “Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim baik laki-laki ataupun perempuan”.Hal ini membuktikan bahwasannya islam sangat paham akan kedudukan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang benar akan menuntun manusia lebih dekat kepada Allah Swt sang pencipta alam semesta. Sehingga selain mewajibkan meuntut ilmu islam juga menjelaskan bahwasannya kewajiban menuntut ilmu ini berlaku sepanjang masa bukan hanya melalui institusi sekolah saja. Kewajiban itu berlangsung dari belaian sampai masuk ke liang lahat atau mati. Sehingga  sangat tepat jika pak Nuh mengatakan bahwa institusi sekolah hanya berperan sebesar 30% dalam proses  pendidikan anak selebihnya proses pendidikan karakter anak akan terbentuk melalui keluarga dan lingkungan masyarakat.
   Jadi, darisini kita dapat menyimpulkan bahwasannya pendidikan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan melalui lembaga pendidikan saja tetapi yang terpenting adalah bagaimana pendidikan ini bisa diarahkan untuk membangun akhlaq manusia sekaligus menambah pengetahuannya melalui ketiga institusi diatas. Pendidikan yang demikian adalah konsep pendidikan yang shahih yang biasa disebut ta’dib  bukan sekedar ta’lim . Konsep ta’dib ini sangat urgent untuk diterapkan mengingat sekarang manusia sedang hiidup di jaman yang menurut allatas disebut proses the loss of adab. Era ini ditandai dengan semakin dikuasainya ilmu pengetahuan tetapi hal itu berbanding terbalik dengan pengamalan akhlaq dalam kehidupan sehari-hari, baik akhlaq kepada Allah Swt, Manusia maupu kepada alam semesta, sehingga kemajuan ilmu pengetahuan itu malah membawa efek negatif pada kehancuran alam semesta. Faktanya, ditegah kemajuan industri hutan menjadi korban penggundulan dan pembakaran, ditengah kemajuan politik korupsi semakin merajalela, dan masih banyak kasus yang memperlihatkan rusaknya adab manusia ditengah kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan demikian pendidikan dengan paradigma ta’dib ini menjadi penting untuk diterapkan dengan melibatkan ketiga institusi pembentuk karakter diatas.
Maka dengan penerapan sistem pendidikan berbasis adab tersebut diharapkan akan menghasilkan generasi generasi emas Indonesia yang senantiasa mengamalkan ilmu pengetahuan yang diketahuinya . Hal ini penting, karena “pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan “ dan ”Buahnya ilmu akan kelihatan ketika ilmu itu diamalkan”.Menurut pak Nuh saat ini Indonesia sedang diberikan rahmat oleh Allah Swt dengan memiliki jumlah penduduk produktif yang besar sampai dengan tahun 2035,fenomena ini biasa disebut dengan bonus demografi. Untuk itulah perlu disiapkan pendidikan yang baik bagi calon generasi emas Indonesia supaya situasi itu benar-benar menjadi bonus demografi yang menjadi kado indah bagi 100 tahun kemerdekaan Indonesia bukan malah menjadi bencana demografi karena kegagalan dalam mendidik generasi produktif Inndonesia. Sungguh situasi ini sangat relevan dengan apa yang digambarkan Rasulullah SAW :
Barang siapa megingikan kebahagian hidup di dunia maka harus dengan ilmu
Barang siapa ingin memiliki kebahagiaan hidup di Akhirat maka harus dengan ilmu
Dan Barang siapa menginginkan kebahagiaan pada keduanya maka harus dengan ilmu


Sungguh, itulah hadiah terindah yang bisa kita berikan kepada Indonesia pada 100 tahun kemerdekaannya kelak(2045) yakni dengan dengan meninggalkan generasi yang berilmu dan beradab . Pak Nuh melalui bukunya ini telah menyumbangkan pemikiran yang luar biasa dalam ranngka mewujudkan generasi emas tersebut. Dalam menulis buku ini beliau membingkai segala macam nasihatnya dengan pola pikir Qur’ani  dengan disertai pengalaman beliau ketika menjadi peserta didik, pendidik, pengelola lembaga pendidikan hingga menjadi pendidikan. Tentu saja pemikiran dengan dasar yang luar biasa itu sangat membumi dan bisa diamalkan oleh siapa pun. Terima kasih pak Nuh, semoga buku ini bisa menjadi amal bagi beliau yang akan diterima Allah Swt . Wallahu’alam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Dakwah Islam Tingkat Dasar (PMKDI TD) 2019

  “Karena Pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan” PESMA Baitul Hikmah Present: PMKDI (Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Dakwah Islam) Tingkat Dasar MATERI : Pada PMKDI Tingkat Dasar ini insyaallah peserta akan dilatih untuk memiliki jiwa kepemimpinan, menjadi pegiat dakwah Islam yang visioner, mengerti dasar-dasar organisasi, mampu mengelola diri & waktu, serta trampil dalam mengidentifikasi masalah & memberi solusi alternatif. PEMATERI : 📌 Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si (Wakil Dekan FISIP Univ. Brawijaya Malang) 📌 Dr. Raditya Sukmana S.E., M.A. (Ketua Departemen Ekonomi Syariah FEB UNAIR) 📌 Ust. Abdul Hakim, Apt. M.Si. (Dosen UIN Maliki Malang, Ketua UKKI 1997-1998) 📌 Ust. Jabir Abdillah, S.Si. (Direktur Lazis Al-Haromain, Ketua UKKI 1991-1992) 📌 Usth. Masitha, A.S., M.Hum. (Dosen Linguistik FIB UNAIR, Ketua DPP Anshoriyah Persyadha Al-Haromain) 📌 Ust. Nanang Qosim, S.E., MPI. (Koordinator Dewan Syariah Nasiona

KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran)

Penulis Review           : Moh. Saad Baruqi Pengarang                   : H. Imam Mu’alimin Tahun terbit                 : Agustus 2011 Judul buku                  : KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran) Kota penerbit              : Ploso Mojo Kediri Penerbit                       : Pondok Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri Tebal buku                  : 161 Halaman             Mas’ud atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan KH. Djazuli Ustman adalah putra dari bapak naib dari Ploso Kediri yang bernama Mas Moh. Ustman Bin Mas Moh. Sahal. Sahal yang akrab dengan sebutan pak Naib ini memiliki kebiasaan rutin yang dilakukan sampai menjelang wafatnya. Bermula dengan bertemunya beliau dengan KH. Ma’ruf Kedunglo yang masih memiliki hubungan saudara dengannya. KH. Ma’ruf berpesan : “ Ustman, apabila kamu ingin anak-anakmu kelak menjadi orang yang berilmu, beramal dan bermanfaat, rajin– rajinlah bersilaturahmi dengan para ‘alim ‘ulama. Kalau tidak anak

Review Buku Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling

Judul Buku       :Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling Penulis :Erbe Sentanu Penerbit            :Elex Media Komputindo, Jakarta Cetakan           :I, 2007 TEBAL            :xxxvii + 236                                     Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling             Halaman Kebahagiaan adalah subjek primordial. Itulah sebagian yang akan diulas dalam buku Quantum Ikhlas, bagaimana mencari kebahagiaan secara praktis, seperti yang tertuang dalam kebijaksanaan nenek moyang, tuntunan agama, maupun penjelasan  ilmiah. Kebahagiaan itu merupakan sifat dasar alamiah atau fitrah manusia dan  karena  itu sewajarnya bisa dengan mudah kita raih.             Buku Quantum Ikhlas akan memandu pembaca untuk mendapat kepastian dalam menjalankan kehidupan, sehingga pembaca dengan lega bisa mengatakan “Ooo... begitu.... Itu sangat mudah”, dan begitu terjadi internal shift pergeseran posisi pandang di dalam, hidup Anda  otomatis  berubah di luar. Hal-hal yan