Langsung ke konten utama

Santri Pesma, Menulislah..!!

Akhir bulan Oktober 2012 lalu Pak Qosim berujar kepada saya, "Din, korane aku stop ae ya. Gak ngefek ketok e. Wong arek-arek yo tetep ae gak (gelem) nulis. Opo maneh biasane koyok ngene iki (sambil menunjuk keadaan koran Kompas dan Republika yang semrawut di atas meja)". Saya pun tidak menolak, "enjeh. Malah mung nambahi sampah. Kan pun enten internet". Setelah itu Pak Qosim langsung menelpon pihak koran dan menyatakan bahwa mulai bulan November 2012 kami tidak langganan koran lagi.
sssttttt..

Dulu, kami berlangganan koran Kompas dan Republika bertujuan, selain sebagai media informasi dan pendidikan, agar para santri tergerak untuk menulis artikel. Namun sampai saat ini, harapan tersebut belum begitu terlihat memuaskan. Padahal kami juga beberapa kali mendatangkan Pak Anwar, kolumnis Jawa Pos dan Penulis Buku, untuk memberikan motivasi dan pelatihan menulis kepada para santri. Jangankan menulis artikel lalu mencoba mengirimnya ke redaksi surat kabar, menulis "tulisan" untuk buletin Dirosati (pesma) dan buletin musholla Nurul Hidayah aja para santri masih belum greget. Walhasil, sampai hari ini, Pak Qosim tetap menjadi penulis tetap buletin Dirosati. Dulu ketika buletin Dirosati dicetak 8 halaman (2 lembar HVS) saya juga turut menyumbang tulisan setiap bulan. Sejak beberapa waktu yang lalu, Dirosati dicetak 4 halaman (1 lembar HVS) tapi full colour. Oleh karena itu Pak Qosim saja yang masih rutin menulis di buletin Dirosati. Sementara saya sekarang rutin menulis untuk Majalah Hikmah yang diterbitkan oleh Pon-Pest Darul Hikmah. Sedangkan buletin Musholla Nurul Hidayah, dahulunya saya dan mas Anggoro yang mempelopori, ketika kami masih tinggal di Pesma. Sejak saya pindah rumah ke gang 5 C no. 5, buletin Nurul Hidayah dipegang oleh mas Hasan. Saya sungguh bersyukur karena buletin ini masih tetap dicetak rutin setiap bulan.

Ayo Menulis..!!

Kepada adik-adik saya di Pesantren Mahasiswa Baitul Hikmah, saya sampaikan, "ayo menulis..!!"
Memang, untuk menjadikan menulis sebagai kegiatan yang ringan-menyenangkan diperlukan stimulus dan langkah-langkah konkrit.
Stimulus yang dimaksud adalah AMBAK (Apa Manfaatnya BAgi Ku..??)
Iya. Kita sangat sulit, atau bahkan mustahil, mampu menulis dengan senang dan ringan jika kita tidak tahu dan tidak meyakini "apa manfaat menulis bagi kita..??"

Kalau boleh berbagi, saya ingin menyampaikan bahwa ada beberapa manfaat menulis yang bisa kita dapatkan. Diantaranya adalah;
1. Menulis membantu kita untuk mengenali diri kita sendiri, untuk mengetahui sebenarnya apa yang ada dalam pikiran kita, untuk mengetahui apa sebenarnya yang kita mengerti dan tidak kita mengerti.
2. Menulis membantu kita untuk berpikir secara terstruktur dan sistematis.
3. Menulis membantu kita untuk jujur kepada diri sendiri.
4. Menulis membantu kita untuk mengingat dengan long-term memory informasi dan pemahaman yang masuk ke dalam otak kita.
5. Menulis dapat menjadi media ibadah bagi kita. Dengan menulis hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran agama kita, kemudian kita menyebarkan tulisan itu ke orang lain, kita berarti telah berdakwah menyebarkan kebaikan. Jika orang yang membaca tulisan kita tadi tergerak untuk melakukan kebaikan (ibadah) bahkan kemudian orang itu juga menyebarkan tulisan itu kepada orang lainnya, dan hal ini berjalan terus menerus hingga waktu yang telah ditentukan, maka sungguh jita telah mengamalkan sebuah amal yang pahalanya mengalir terus menerus walaupun kita telah dipeluk bumi.
6. dan masih banyak lagi manfaat lainnya.  
Contoh. klik http://www.andriewongso.com/artikel/campus_corner/2497/9_Manfaat_Mentlis_Diari_Sebagai_Terapi_Kesuksesan/
ini juga, http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/09/begitu-banyaknya-manfaat-menulis/,
dan ini lagi, http://www.anneahira.com/manfaat-menulis.htm  



Setelah mengetahui dan meyakini bahwa menulis itu penuh dengan manfaat, kita perlu untuk melakukan langkah-langkah nyata agar keinginan menulis kita tidak seperti "hangat-hangat tahi ayam" (maaf, agak kotor, hehehe). Langkah nyata yang bisa kita lakukan adalah sebagai berikut:
1. Menulis buku harian. Miliki buku harian, bisa berupa buku tulis, atau Laptop (walaupun pinjaman). Luangkan beberapa menit setiap hari, misalnya sebelum tidur, untuk menulis apa-apa yang terjadi dalam kehidupan kita. Contohnya. Hari ini saya melihat anak-didik saya di TPA Nurul Hidayah mampu menulis puisi yang indah untuk ibunya. Lalu saya menuliskan hal tersebut di buku harian saya.
2. Menulis informasi menarik yang kita dapatkan. Setelah kita mendengar ceramah, ta'lim, taushiyah, atau sekedar ngobrol ringan dengan teman, biasanya ada informasi atau pengetahuan yang menarik bagi kita. Apalagi santri pesma, hampir setiap hari mengikuti ta'lim, mosok gak ada yang menarik?  Segera setelah mendengar taushiyah, ceramah atau ta'lim tersebut, tulislah pengetahun atau informasi yang menarik di file laptop atau di buku tulis. Tulis apa yang kita pahami dan ingat. Kita tidak perlu memaksakan diri bahwa yang kita tulis harus benar-benar sama dengan apa yang diucapkan oleh ustadz, kyai, atau orang yang kita temui itu. Tulis aja apa yang kita pahami dan kita ingat.
3. Menulis apa yang kita pahami dari sebuah buku. Setelah membaca buku, apapun buku itu, novel, cerpen, biografi, tips-tips, motivasi, bisnis, dan lain sebagainya, tentu ada pengetahuan yang kita pahami dari buku tersebut. Segera tulislah pemahaman tersebut. Tak peduli pemahaman itu hanya "sedikit" atau "banyak". Pokonya tulis aja. Kalau kelamaan nunggu sampai khatam, setelah 1 bab atau bahkan setelah baca sebentar, kita bisa langsung menuliskan apa yang kita pahami dari buku tersebut. Tentu kita juga boleh menuliskan komentar kita atas pengetahuan baru kita itu.
4. Kerjakan tiga langkah di atas. Tidak perlu maksa. Kerjakan aja. Bisa tiga-tiganya, atau salah satunya. Yang penting kerjakan, kerjakan, dan kerjakan..!! Tidak perlu terkungkung oleh aturan menulis yang baku. Untuk memulai menulis, cukup just write..!! Nanti jika menulis itu sudah menjadi kesenangan kita, bisalah kita meningkatkan kualitas tulisan kita dengan mengikuti pelatihan menulis atau membaca buku tentang metode menulis. Itu nanti.. Yang penting sekarang menulis dulu dan menjadikan menulis sebagai aktifitas harian yang ringan dan menyenangkan.
5. Menulis artikel "ringan". Ringan berarti tidak berat. Maksud saya, untuk menulis artikel jenis ini kita tidak harus dipusingkan oleh referensi. Yang penting jika kita punya ide akan suatu hal, ya tulis saja ide itu. Misalnya, setelah mendengar khutbah jum'at kita mendapati bahwa khotib jum'ah membosankan dan "malah" seperti menidurkan para jama'ah dengan ceramahnya, kita kemudian punya ide, alangkah bagusnya jika kita para santri belajar menyampaikan khutbah dengan cara yang menarik. Kita adakan kegiatan khitobah rutin. Kita juga datangkan seseorang yang kita anggap mampu berkhutbah dengan baik untuk berbagi tips dan trik berkhutbah yang menarik, powerfull, dan masuk ke sanubari pendengar. Tulislah ide atau usul kita itu.
6. Kemudian dianjurkan bagi kita untuk memiliki blog pribadi. Kan gampang itu. Kita bisa memposting tulisan-tulisan kita itu di blog. Di blog ini, kita bisa dan boleh menulis apa pun tanpa terikat dengan aturan baku menulis. Aturannya hanya, tulislah hal-hal yang membuat Alloh ta'ala ridlo. That's all.
7. Berani memanfaatkan buletin Dirosati dan Nurul Hidayah untuk menulis artikel, cerpen, atau bentuk tulisan lainnya. Ayo support Pak Qosim dan Mas Hasan..!! Juga manfaatkan blog http://pesmabaitulhikmah.blogspot.com/
8. Mulailah menulis hari ini dan never stop writing..!!
Mulailah dulu, walaupun cuma satu paragraf. Mulailah dulu, walaupun cuma satu kalimat. Mulailah dulu, walaupun cuma satu kata..!!

Akhirnya, memang, saya juga baru saja belajar menulis dan sampai hari ini saya masih belajar menulis. Proses belajar menulis saya bisa Anda lihat di http://www.muhtartajuddin.blogspot.com/, http://www.alumnipbsbunair.blogspot.com/, Majalah Hikmah sejak edisi Mei 2012, dan tentu blog pesma ini. Namun, walapun saya masih belajar menulis, saya juga mau mengajak adik-adik santri pesma untuk belajar menulis. Jadi kita saat ini masih satu level, yaitu level Pelajar Menulis. Eh, ada yang lupa. Salah satu efek "kecil" dari kebiasaan dan kesenangan menulis bagi saya adalah terbitnya buku sederhana ini...



Walaupun sederhana, buku ini kabarnya bisa membuat pembacanya menangis haru, terinspirasi dan tercerahkan. Memang, rencana Alloh ta'ala sangatlah indah. Jauh lebih indah dari pada rencana manusia. Baca http://www.muhtartajuddin.blogspot.com/2012/11/cita-yang-tertunda.html. Eh, promosi sekalian ya... buku ini harganya HANYA Rp 25rb. Bagi reseller ada harga khusus.. hubungi mas Tije di 085 634 635 03. hehehe

Semoga kita senantiasa diberikan oleh Alloh ta'ala hati yang ikhlash. Amin...
Santri Pesma, menulislah..!!
(setelah membaca tulisan ini, langsung segera menulislah..!!)

salam pengabdian
-mas tije-

Komentar

Abdan slave^^ mengatakan…
assalamu'alaikum, setelah ngelihat posting antum, jadi tergerak untuk menulis juga nih, jzakumullah akhi, semoga ilmunya bermanfaat.. :)

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Dakwah Islam Tingkat Dasar (PMKDI TD) 2019

  “Karena Pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan” PESMA Baitul Hikmah Present: PMKDI (Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Dakwah Islam) Tingkat Dasar MATERI : Pada PMKDI Tingkat Dasar ini insyaallah peserta akan dilatih untuk memiliki jiwa kepemimpinan, menjadi pegiat dakwah Islam yang visioner, mengerti dasar-dasar organisasi, mampu mengelola diri & waktu, serta trampil dalam mengidentifikasi masalah & memberi solusi alternatif. PEMATERI : 📌 Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si (Wakil Dekan FISIP Univ. Brawijaya Malang) 📌 Dr. Raditya Sukmana S.E., M.A. (Ketua Departemen Ekonomi Syariah FEB UNAIR) 📌 Ust. Abdul Hakim, Apt. M.Si. (Dosen UIN Maliki Malang, Ketua UKKI 1997-1998) 📌 Ust. Jabir Abdillah, S.Si. (Direktur Lazis Al-Haromain, Ketua UKKI 1991-1992) 📌 Usth. Masitha, A.S., M.Hum. (Dosen Linguistik FIB UNAIR, Ketua DPP Anshoriyah Persyadha Al-Haromain) 📌 Ust. Nanang Qosim, S.E., MPI. (Koordinator Dewan Syariah Nasiona

KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran)

Penulis Review           : Moh. Saad Baruqi Pengarang                   : H. Imam Mu’alimin Tahun terbit                 : Agustus 2011 Judul buku                  : KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran) Kota penerbit              : Ploso Mojo Kediri Penerbit                       : Pondok Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri Tebal buku                  : 161 Halaman             Mas’ud atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan KH. Djazuli Ustman adalah putra dari bapak naib dari Ploso Kediri yang bernama Mas Moh. Ustman Bin Mas Moh. Sahal. Sahal yang akrab dengan sebutan pak Naib ini memiliki kebiasaan rutin yang dilakukan sampai menjelang wafatnya. Bermula dengan bertemunya beliau dengan KH. Ma’ruf Kedunglo yang masih memiliki hubungan saudara dengannya. KH. Ma’ruf berpesan : “ Ustman, apabila kamu ingin anak-anakmu kelak menjadi orang yang berilmu, beramal dan bermanfaat, rajin– rajinlah bersilaturahmi dengan para ‘alim ‘ulama. Kalau tidak anak

Review Buku Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling

Judul Buku       :Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling Penulis :Erbe Sentanu Penerbit            :Elex Media Komputindo, Jakarta Cetakan           :I, 2007 TEBAL            :xxxvii + 236                                     Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling             Halaman Kebahagiaan adalah subjek primordial. Itulah sebagian yang akan diulas dalam buku Quantum Ikhlas, bagaimana mencari kebahagiaan secara praktis, seperti yang tertuang dalam kebijaksanaan nenek moyang, tuntunan agama, maupun penjelasan  ilmiah. Kebahagiaan itu merupakan sifat dasar alamiah atau fitrah manusia dan  karena  itu sewajarnya bisa dengan mudah kita raih.             Buku Quantum Ikhlas akan memandu pembaca untuk mendapat kepastian dalam menjalankan kehidupan, sehingga pembaca dengan lega bisa mengatakan “Ooo... begitu.... Itu sangat mudah”, dan begitu terjadi internal shift pergeseran posisi pandang di dalam, hidup Anda  otomatis  berubah di luar. Hal-hal yan