Langsung ke konten utama

Dekatkan Diri dengan Alquran


 Kini malam-Mu telah datang mengantikan siang dalam perputaran waktu yang tiada jemu. Sungguh besar karunia yang Engkau curahkan hingga tak mampu dikalkulasikan dengan angka sekalipun. Segala puji hanyalah milik Allah, robb semesta alam raya. Maka tiada hal lain yang lebih pantas untuk kita ucapkan setalah menyadari nikmat-nikmatNya, kecuali memuji-Nya dengan segala pujian yang diajarkan-Nya kepada kita. Lalu hati kita khusyu‟ mensyukuri nikmat-nikmat itu, seraya memimpin anggota badan kita untuk tunduk dan taat dalam menjalankan ibadah semata-mata kepada-Nya. Hanya dengan integrasi ketiga bentuk amal itulah syukur kita menemukan hakikatnya.
Sahabat-sahabat hafidzakumullah, 

Saat ini ini tengah berada dipenghujung bulan Dzulqa‟dah. Dalam hitungan beberapa hari kedepan kita akan memasuki bulan Dzulhijjah 1430 H. Dengan demikian kita telah 2 bulan menjadi wisudawan madrasah Ramadhan, madrasah akselerasi amal dan ampunan. Kini kita bersiap dengan tarbiyah Allah SWT yang lain, yakni madrasah Dzulhijjah. Disebut madrasah Dzulhijjah karena pada bulan ini ada tiga ibadah besar yang sarat dengan nilai-nilai tarbiyah yakni haji, shalat idul adha dan qurban. Di samping ada pula ibadah sunnah muakkad bagi yang tidak menunaikan haji yakni puasa arafah. Namun pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan sekelumit “Fenomena Nostalgia dengan al Qur’an.”
Sudah barang tentu membaca al Qur‟an memiliki spesifikasi tersendiri bagi setiap insan yang dihatinya terdapat nur syahadatain. Tak terkecuali bagi mereka yang hatinya tertutup oleh kabut kedloliman yang menebal sehingga terputus olehnya cahaya iman di dada. Bagi kita yang duduk rapat dalam majelis ini, tilawat al Qur‟an bukan sesuatu yang baru. Karena kita sudah lekat dengan al Furqon tersebut. Lalu bagaimana dengan mereka yang belum jamak dengan al Qur‟an? Wallahu a’lam…
Sahabat-sahabat yang berbahagia , , ,
Lantas kapan kita terakhir membaca al Qur‟an?
Kapan terakhir membaca al-Qur’an?
Ramadhan yang lalukah?.. Atau bulan lalu? Atau mungkin,,, pekan lalu? Atau baru saja beberapa menit lalu? Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang sering kali kita abaikan. Memang. Menyediakan waktu beberapa menit setiap hari untuk membaca al-Qur‟an di jaman seperti sekarang ini memang seolah seperti kegiatan tak berarti. Tidak memberi keuntungan, bahkan
terasa merepotkan. Apalagi jika kita sudah telanjur memegang prinsip “Time is Money”. Membaca al-Qur‟an pada awalnya memang harus dipaksakan, dijadikan sebagai kebiasaan, sampai kemudian Allah SWT berkenan menurunkan rahmat-Nya dalam bentuk kita mampu merasakan kenikmatan membaca Al-Quran. Jika sudah demikian, insya Allah bacaan al-Qur‟an kita juga akan mampu menenangkan hati dan menjernihkan pikiran pembacanya, dan mudah menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya.
Lalu bagaimana jika kita belum bisa membaca al-Qur‟an –mulai dari buta huruf al-Qur‟an, terbata-bata, lancar namun asal tabrak alias tak bertajwid, atau tajwid belum sempurna? Satu hal yang pasti, adalah kita diwajibkan untuk belajar dan memperbaiki bacaan Al-Qur‟an kita. Apalagi Allah SWT telah berulang kali menjamin di dalam surat al Qamar : ”Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Sahabat-sahabat yang saya dicintai , , ,
Urgensi Belajar Al-Qur’an
Untuk lebih memotivasi kita belajar al-Qur‟an, kita perlu mengingatkan kembali urgensi dari belajar al-Qur‟an, yang sesungguhnya setelah aktivitas ini kita lakoni dengan serius sungguh akan terasa nikmat.
1. Membaca Al-Qur‟an sesuai tajwid hingga mampu benar-benar mentadabburinya adalah salah
satu ciri orang yang benar-benar beriman kepada al-Qur‟an, sebagainya firman Allah dalam Surat al-Baqarah: 121 “Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”

2. Belajar al-Qur‟an merupakan kewajiban bagi tiap individu muslim (Fardhu „Ain). Menurut Imam Nawawi rahimahullah, menuntut ilmu ada beberapa tingkatan, yakni fardhu „ain, fardhu kifayah, dan fadhilah. Suatu ilmu digolongkan fardhu „ain adalah ilmu yang suatu kewajiban pribadi seorang mukallaf tidak mungkin dilaksanakan kecuali dengan ilmu tersebut. Ketika jumhur ulama berpendapat bahwa membaca al-Qur‟an dengan tajwid hukumnya fardhu „ain, maka otomatis mempelajari Ilmu tajwid untuk membaca al-Qur‟an dengan benar juga fardhu „ain. Hal ini sesuai kaidah ushulul fiqh “Jika tanpa sesuatu sebuah kewajiban tidak dapat terpenuhi secara sempurna, maka sesuatu itu menjadi wajib”

3. Mendapat derajat yang lebih tinggi. Sebaik-baik ilmu adalah ilmu al-Qur‟an. Maka Allah SWT mengangkat derajat orang-orang beriman yang memiliki ilmu al-Qur‟an. Surat al-Mujaadilah: 11 “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

4. Orang yang belajar al-Qur‟an mendapatkan pengabulan doa yang terbaik, walau ia tak sempat mengucapkannya karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk belajar al-Qur‟an. Hal ini sesuai hadits Rasulullah SAW. “Barang siapa yang disibukkan dengan mengkaji al-Qur‟an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan
keutamaan kalam Allah SWT atas perkataan yang lain adalah seperti keutamaan Allah SWT atas makhluknya” (HR. Tirmidzi). Luar biasa!

5. Belajar al-Qur‟an merupakan aktivitas fii sabiilillah “Barang siapa keluar (rumah) berniat mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali”, demikian hadits Rasulullah SAW. Karena itu jangan lupa sebelum belajar al-Qur‟an kita sungguh-sungguh mengikhlaskan diri, semata mengharap keridhoan dan kasih sayang Allah melalui aktivitas belajar al-Qur‟an.
Sahabat-sahabat yang saya rindukan , , ,
KIAT-KIAT Pertama dan utama, Ikhlaskan niat semata karena Allah SWT. Usaha ini hendaknya diiringi dengan berdoa agar Allah SWT berkenan menyelipkan rasa ikhlas ke dalam hati kita. Hal ini sangat perlu dilakukan, karena seiring dengan banyaknya keutamaan yang Allah berikan kepada para pembelajar al-Qur‟an, maka ujian terutama godaan riya semakin sering ditemui.

Kedua, mengikuti program tahsin (memperbaiki bacaan) dengan guru yang berhak mengajar. Hal ini biasanya dibuktikan dengan sertifikat dari lembaga al-Qur‟an resmi, atau minimal masih terus mengikuti program talaqqi al-Qur‟an (memperdengarkan bacaannya dengan seseorang yang paham ilmu al-Qur‟an). Hal ini dilakukan semata untuk menjaga kemurnian al-Qur‟an.

Ketiga, disiplin dengan program tahsin. Usahakan selalu hadir. Dengan mengikuti program tahsin secara rutin dan sungguh-sungguh, serta menjadikankannya sebagai prioritas utama agenda kita dalam satu pekan, insya Allah kecintaan kita kepada al-Qur‟an akan tumbuh dan semakin tebal. Suasana halaqah al-Qur‟an memang luar biasa. Dengan mendengar bacaan guru dan teman yang telah dikarunia Allah SWT bacaan yang bagus, maka kita akan menyadari kekurangan kita dalam membaca al-Qur‟an. Terlebih majelis ini adalah majelis yang sangat dicintai Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah Ta’ala, sedang mereka membaca kitab-Nya dan mengkajinya, melainkan mereka akan dilimpahi ketenangan, dicurahi rahmat, diliputi para malaikat, dan disanjung oleh Allah di hadapan para makhluk di sisi-Nya (Hr. Abu Dawud)”. Jangan biarkan kesibukan ataupun –na‟udzubillahi min dzalika- kemalasan membuat kita memiliki alasan untuk mangkir atau bolos dari halaqah al-Qur‟an. Itu sama saja dengan membuat syaithon bersorak kegirangan.

Keempat, selalu berdekatan dengan pengajar al-Qur’an dan pelajar yang sungguh-sungguh. Menjaga hubungan dengan ahlul Qur’an akan membuat diri kita selalu berada dalam atmosfir ilahiyah. Sering-seringlah mengunjungi acara tasmi‟ al-Qur‟an (di mana seorang penghafal Al-Qur‟an memperdengarkan hafalannya kepada khalayak). Mintalah kepada guru agar sering mendoakan kita supaya menjadi ahlul Qur‟an dan sahabat al-Qur‟an. Jagalah hubungan baik dengan mereka, sering-seringlah bersilaturahim.

Kelima, ajak seluruh keluarga agar terlibat dalam mempelajari al-Qur’an. Percayalah ini tidak mudah dan hasilnya sama sekali tidak instan. Mulailah dengan menjadi pelaku. Ketika keluarga melihat kita lebih enjoy mengaji daripada nonton TV, misalnya, ini akan menimbulkan pengaruh positif. Lanjutkan dengan menjadi guru bagi anak-anak kita sendiri, minimal menjadi motivator. Kalimat “apakah kalian sudah membaca al-Qur‟an hari ini, anakku?” hendaklah tidak bosan disampaikan. Yakinkan anak-anak, bahwa al-Qur‟an jauh lebih utama dari hal apapun,
karena Al-Qur’an akan mampu memberikan syafaat kepada para pembaca setianya / sahabatnya (Hadits). Teruskan lagi dengan membuat program bersama keluarga untuk belajar Al-Qur‟an. Ingat pesan kanjeng Nabi SAW. “Sinari rumahmu dengan shalat dan membaca al-Qur’an”.

Keenam, menjaga diri agar tidak jatuh dalam kemaksiatan dan perbuatan sia-sia. Meninggalkan kewajiban termasuk mengerjakan kemaksiatan, begitu pula melanggar larangan-Nya. Sekecil apapun kemaksiatan yang kita lakukan sangat berpotensi menghalangi kita dari cahaya Allah dikarenakan kita tereliminasi dari orang-orang yang dipilih-Nya untuk mendapatkan cahaya ilmu-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat an Nuur: 35 “… Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki…”. Wahai para pecinta al-Qur‟an, mari jauhkan diri dari kemaksiatan. Semoga Allah SWT berkenan melindungi kita dari itsmi wal „udwan (dosa dan pelanggaran).

Ketujuh, banyak berdoa agar dimudahkan Allah dalam mempelajari al-Qur’an. Salah satu doa Rasulullah SAW yang masyhur adalah: “Ya Allah sayangi kami dengan al-Qur’an, jadikan ia pemimpin bagi kami, cahaya, petunjuk, dan rahmat. Ya Allah, ingatkan kami apa-apa yang kami terlupa dari al-Qur’an, dan ajari kami apa-apa yang kami belum ketahui dari al-Qur’an. Dan berilah kami rezeki (berupa kenikmatan) membacanya sepanjang siang dan malam. Dan jadikan ia sebagai pembela kami di hari kiamat.” Subhanallah, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa kemampuan membaca al-Qur‟an dengan benar dan perasaan nikmat membaca al-Qur‟an adalah sebuah rezeki. Banyaklah meminta rezeki itu, yang sungguh jauh lebih berharga dari harta dunia.
(^**^disarikan dari berbagai sumber^**^)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Dakwah Islam Tingkat Dasar (PMKDI TD) 2019

  “Karena Pemimpin itu dibentuk bukan dilahirkan” PESMA Baitul Hikmah Present: PMKDI (Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Dakwah Islam) Tingkat Dasar MATERI : Pada PMKDI Tingkat Dasar ini insyaallah peserta akan dilatih untuk memiliki jiwa kepemimpinan, menjadi pegiat dakwah Islam yang visioner, mengerti dasar-dasar organisasi, mampu mengelola diri & waktu, serta trampil dalam mengidentifikasi masalah & memberi solusi alternatif. PEMATERI : 📌 Akh. Muwafik Saleh, S.Sos, M.Si (Wakil Dekan FISIP Univ. Brawijaya Malang) 📌 Dr. Raditya Sukmana S.E., M.A. (Ketua Departemen Ekonomi Syariah FEB UNAIR) 📌 Ust. Abdul Hakim, Apt. M.Si. (Dosen UIN Maliki Malang, Ketua UKKI 1997-1998) 📌 Ust. Jabir Abdillah, S.Si. (Direktur Lazis Al-Haromain, Ketua UKKI 1991-1992) 📌 Usth. Masitha, A.S., M.Hum. (Dosen Linguistik FIB UNAIR, Ketua DPP Anshoriyah Persyadha Al-Haromain) 📌 Ust. Nanang Qosim, S.E., MPI. (Koordinator Dewan Syariah Nasiona

KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran)

Penulis Review           : Moh. Saad Baruqi Pengarang                   : H. Imam Mu’alimin Tahun terbit                 : Agustus 2011 Judul buku                  : KH. DJAZULI UTSMAN (Sang Blawong Pewaris Keluhuran) Kota penerbit              : Ploso Mojo Kediri Penerbit                       : Pondok Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri Tebal buku                  : 161 Halaman             Mas’ud atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan KH. Djazuli Ustman adalah putra dari bapak naib dari Ploso Kediri yang bernama Mas Moh. Ustman Bin Mas Moh. Sahal. Sahal yang akrab dengan sebutan pak Naib ini memiliki kebiasaan rutin yang dilakukan sampai menjelang wafatnya. Bermula dengan bertemunya beliau dengan KH. Ma’ruf Kedunglo yang masih memiliki hubungan saudara dengannya. KH. Ma’ruf berpesan : “ Ustman, apabila kamu ingin anak-anakmu kelak menjadi orang yang berilmu, beramal dan bermanfaat, rajin– rajinlah bersilaturahmi dengan para ‘alim ‘ulama. Kalau tidak anak

Review Buku Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling

Judul Buku       :Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling Penulis :Erbe Sentanu Penerbit            :Elex Media Komputindo, Jakarta Cetakan           :I, 2007 TEBAL            :xxxvii + 236                                     Quantum Ikhlas, The Power Of Positive Feeling             Halaman Kebahagiaan adalah subjek primordial. Itulah sebagian yang akan diulas dalam buku Quantum Ikhlas, bagaimana mencari kebahagiaan secara praktis, seperti yang tertuang dalam kebijaksanaan nenek moyang, tuntunan agama, maupun penjelasan  ilmiah. Kebahagiaan itu merupakan sifat dasar alamiah atau fitrah manusia dan  karena  itu sewajarnya bisa dengan mudah kita raih.             Buku Quantum Ikhlas akan memandu pembaca untuk mendapat kepastian dalam menjalankan kehidupan, sehingga pembaca dengan lega bisa mengatakan “Ooo... begitu.... Itu sangat mudah”, dan begitu terjadi internal shift pergeseran posisi pandang di dalam, hidup Anda  otomatis  berubah di luar. Hal-hal yan