“Barang siapa mendirikan sholat dan bershodaqoh karena Romadlon, maka sesungguhnya Romadlon telah lewat. Barang siapa mendirikan sholat dan bershodaqoh hanya karena Alloh ta’ala semata, maka sesungguhnya Alloh Maha Hidup dan tidak akan mati” (maqolah)
Telah sebulan lebih Romadlon meninggalkan kita semua. Semoga setiap amal ibadah kita, baik yang berupa hablu minalloh, maupun hablu minannas, diterima oleh Alloh ta’ala. Pertanyaan sekarang adalah; “Bagaimana ibadah kita setelah Romadlon lewat? Masihkah kita bersemangat sholat jama’ah di masjid? Masihkah kita semangat berinfaq dan bershodaqoh? Masihkah kita semangat bangun malam untuk sholat sunnah malam? Masihkah kita senantiasa menahan marah ketika menghadapi permasalahan? Masihkah kita senantiasa merasa dilihat oleh Alloh ta’ala, sehingga kita malu berbuat ma’shiat?”
Kalau sekarang kita –minimal- mendekati keadaan kita pada bulan Romadlon yang penuh semangat dalam beribadah, bahkan lebih semangat lagi, maka itu merupakan tanda bahwa puasa Romadlon kita sukses. Berhasil. Bulan romadlon telah sukses kita manfaatkan untuk membentuk diri kita menjadi pribadi yang bertaqwa; pribadi yang senantiasa yakin bahwa Alloh selalu melihatnya, pribadi yang istiqomah menegakkan sholat, pribadi yang entengan berinfaq dan bershodaqoh, (QS. Al Baqoroh: 2-4). Lebih lagi, bulan Romadlon telah sukses kita berdayakan untuk membentuk diri kita menjadi pribadi yang senantiasa berinfaq baik dalam keadaan lapang maupun sempit, pribadi yang kuat menahan marah, gak gampang mutungan, gak gampang emosi, pribadi yang legowo memaafkan kesalahan saudaranya, pribadi yang suka berbuat ihsan; lebih banyak memberi daripada meminta, lebih suka membalas kejelekan orang lain dengan kebaikan, dan beribadah dengan sebaik-baiknya, dengan maksimal. Kita merasa sangat dekat dengan Alloh ta’ala sehingga ketika kita lupa dan tidak sengaja tergelincir ke dalam perbuatan ma’shiat, kita segera ingat Alloh ta’ala, kita segera bertaubat kepadaNya, dan kita segera berhenti dari ma’shiat tersebut serta menggantinya dengan amal baik sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya, (QS. Ali Imron: 143-144).
Kalau yang terjadi adalah sebaliknya, kuantitas dan kualitas ibadah kita turun drastis. Kalau kita (kembali) malas mengerjakan sholat, apalagi sholat jama’ah di masjid. Kita menjadi berat untuk bershodaqoh dan berinfaq. Kita (kembali) menjadi orang yang gampang emosi, gampang misuh, gampang marah kepada suami/istri, anak, dan tetangga kita. Kalau kita tidak merasa lagi bahwa Alloh ta’ala senantiasa melihat kita. Maka itu tandanya, kita gagal memanfaatkan Romadlon untuk membangun diri kita menjadi pribadi yang bertaqwa. Maka itu tandanya, kita kurang ikhlash dalam mengerjakan amal-amal ibadah itu. Kita mengerjakannya bukan karena Alloh ta’ala, tapi karena Romadlon. Pertanyaannya, “Siapa sebenarnya Tuhan yang kita sembah? Romadlon? Atau Yang menciptakan Romadlon?”
Maka dari itu, wahai umat Islam yang di hatimu ada cahaya iman, wahai umat Islam yang di hatimu terpatri kalimat syahadat, wahai umat kesayangan Rosul mulia Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam, ayo kita tetap bersemangat dan lebih bersemangat dalam beribadah kepada Alloh ta’ala. Ayo kita lebih bersemangat dalam menebar kebaikan dan kemashlahatan di muka bumi ini. Semoga kita mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semoga kita senantiasa diberi petunjuk dan pertolongan oleh Alloh ta’ala, sehingga kita bisa menjadi hamba-hambaNya yang muttaqiin, menjadi hamba-hambaNya yang bertaqwa. Amien.
www.muhtartajuddin.blogspot.com
Komentar