Akhir bulan Oktober 2012 lalu Pak Qosim berujar kepada saya, "Din, korane aku stop ae ya. Gak ngefek ketok e. Wong arek-arek yo tetep ae gak (gelem) nulis. Opo maneh biasane koyok ngene iki (sambil menunjuk keadaan koran Kompas dan Republika yang semrawut di atas meja)". Saya pun tidak menolak, "enjeh. Malah mung nambahi sampah. Kan pun enten internet". Setelah itu Pak Qosim langsung menelpon pihak koran dan menyatakan bahwa mulai bulan November 2012 kami tidak langganan koran lagi. sssttttt.. Dulu, kami berlangganan koran Kompas dan Republika bertujuan, selain sebagai media informasi dan pendidikan, agar para santri tergerak untuk menulis artikel. Namun sampai saat ini, harapan tersebut belum begitu terlihat memuaskan. Padahal kami juga beberapa kali mendatangkan Pak Anwar, kolumnis Jawa Pos dan Penulis Buku, untuk memberikan motivasi dan pelatihan menulis kepada para santri. Jangankan menulis artikel lalu mencoba mengirimnya ke redaksi surat kabar, menulis ...