Saat pulang ke Madiun Kota Gadis, seringkali saya menyempatkan diri untuk bersilaturrahim ke rumah Hamim, teman saya waktu di MA Walisongo dulu. Ketika saya berkunjung ke rumahnya, hampir selalu bertemu juga dengan bapaknya, nama beliau; Pak Markuat. Belakangan saya tahu bahwa Pak Markuat adalah teman Pak De saya. Selain ngobrol ngalor ngidul dengan Hamim teman saya itu, tak jarang Pak Markuat ikut nimbrung. Saling bertukar kabar, guyon, dan bla bla bla. Di tengah-tengah obrolan, Pak Markuat, sebagai orang tua, sering berpesan kepada saya. Pesan yang paling kuat terpatri di memori saya ada dua, namun ada satu pesan yang berkali-kali beliau sampaikan. Pesan itu adalah: "ojo dolanan wedo-an, marai rusak sekabeyane". Pesan itu beliau sampaikan berulang-ulang, hampir setiap kali saya maen ke sana. . . . . . . Ketika mondok di Pondok Pesantren Darussalam Mekar Agung Madiun dulu, Mbah Yai sering pesan kepada kami, santri laki-laki. Pesan beliau,-aw kama qola-, s...